Thursday, October 10POS VIRAL
Shadow

Pengantaran Jenazah Lukas Enembe Ricuh, Akibat Berbagai Konflik

Pengantaran Jenazah Lukas Enembe Ricuh adalah sebuah kejadian yang terjadi pada Kamis, 28 Desember 2023, di Jayapura, Papua. Lukas Enembe adalah mantan Gubernur Papua yang meninggal dunia di RSPAD Jakarta pada 26 Desember 2023, akibat penyakit jantung.

Pengantaran-Jenazah-Lukas-Enembe-Ricuh,-Akibat-Berbagai-Konflik

Menurut berbagai sumber berita, proses Pengantaran Jenazah Lukas Ricuh dari bandara Sentani menuju Sekolah Teologi Atas Injili (STAKIN) di Sentani, Kabupaten Jayapura. Dikuti oleh ribuan massa yang mengarak peti jenazah dengan kendaraan roda dua dan empat. Namun, dalam perjalanan, sejumlah massa melakukan aksi anarkis, seperti membakar mobil, merusak sepeda motor, melempar batu ke bangunan, dan bentrok dengan aparat keamanan.

Akibat kejadian ini, sebanyak 14 orang terluka, termasuk Pejabat (Pj) Gubernur Papua Ridwan Rumasukun, dan sebanyak 25 rumah toko (ruko) terbakar. Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti, seperti kayu, batu, senjata tajam, dan senjata api rakitan. Polisi juga telah mengantongi identitas para pelaku, dan berjanji akan menangkap dan menjerat mereka dengan pasal berat.

Motif kejadian ini diduga bermula dari perebutan lahan antara warga Kampung Oyengsi dan Kampung Sentosa. Warga Kampung Oyengsi mengklaim bahwa lahan tersebut adalah hutan adat mereka, sedangkan warga Kampung Sentosa mengklaim bahwa lahan tersebut adalah milik mereka. Korban keempat yang dikeroyok adalah warga Kampung Oyengsi yang sedang berpatroli di kawasan hutan adat Fwam Bu, yang diduga adanya aktivitas illegal logging.

Alasan Kericuhan Terjadi

Lukas Enembe adalah seorang politikus Indonesia yang menjabat sebagai Gubernur Papua sejak April 2013 sampai Januari 2023. Pengantaran Jenazah Lukas Enembe Ricuh dari bandara Sentani menuju Sekolah Teologi Atas Injili (STAKIN) di Sentani, Kabupaten Jayapura, pada 28 Desember 2023, diikuti oleh ribuan massa yang mengarak peti jenazah dengan kendaraan roda dua dan empat. Namun, dalam perjalanan, sejumlah massa melakukan aksi anarkis, seperti membakar mobil, merusak sepeda motor, melempar batu ke bangunan, dan bentrok dengan aparat keamanan.

Akibatnya, sebanyak 14 orang terluka, termasuk Penjabat (Pj) Gubernur Papua Ridwan Rumasukun, dan sebanyak 25 rumah toko (ruko) terbakar. Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti, seperti kayu, batu, senjata tajam, dan senjata api rakitan. Polisi juga telah mengantongi identitas para pelaku, dan berjanji akan menangkap dan menjerat mereka dengan pasal penganiayaan berat.

Motif kericuhan ini belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa kemungkinan yang bisa disebutkan, yaitu banyak massa yang mengikuti arak-arakan Pengantaran Jenazah Lukas Enembe Ricuh merasa sedih dan marah atas meninggalnya tokoh yang mereka kagumi dan hormati. Mereka juga merasa tidak puas dengan proses hukum yang menjerat Lukas Enembe, dan menganggapnya sebagai bentuk ketidakadilan dan diskriminasi terhadap Papua.

Banyak massa yang mengikuti arak-arakan jenazah Lukas Enembe mungkin diprovokasi atau diinfiltrasi oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi untuk menciptakan keresahan dan kekacauan di Papua. Pihak-pihak ini bisa berasal dari kelompok separatis, kelompok kriminal, atau kelompok lain yang memiliki kepentingan tertentu.

Banyak massa yang mengikuti arak-arakan jenazah Lukas Enembe mungkin terlibat dalam sengketa lahan antara warga Kampung Oyengsi dan Kampung Sentosa. Warga Kampung Oyengsi mengklaim bahwa lahan tersebut adalah hutan adat mereka. Sedangkan warga Kampung Sentosa mengklaim bahwa lahan tersebut adalah milik mereka. Keempat korban yang dikeroyok adalah warga Kampung Oyengsi yang sedang berpatroli di kawasan hutan adat Fwam Bu, yang diduga adanya aktivitas illegal logging.

Penyebab Konflik Lainnya

Penyebab-Konflik-Lainnya

Konflik di Papua adalah sebuah isu yang kompleks dan berkepanjangan, yang melibatkan berbagai pihak, sebab, dan akar masalah. Secara umum, ada empat akar masalah yang menyebabkan konflik di Papua.

Banyak warga Papua merasa tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan setara dari pemerintah pusat Pos Viral. Baik dalam hal politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun hukum. Mereka juga merasa tidak dihargai dan dihormati sebagai bagian dari bangsa Indonesia, dan sering mengalami stigma, stereotip, dan rasisme dari masyarakat non-Papua.

Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua, baik yang dilakukan oleh aparat keamanan, kelompok separatis, maupun pihak lain. Beberapa kasus yang menonjol adalah kasus Wasior (2001), Wamena (2003), Paniai (2014), Nduga (2018), dan Wamena (2019). Banyak korban yang meninggal, luka-luka, atau mengungsi akibat kekerasan ini. Namun penyelesaian dan penegakan hukum atas kasus-kasus ini masih belum memuaskan, dan banyak yang terbengkalai atau terlupakan.

Banyak program pembangunan yang dilakukan di Papua, baik oleh pemerintah maupun pusat daerah. Namun tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan dan kemajuan warga Papua. Terlebih lagi banyak proyek yang tidak sesuai dengan kebutuhan, aspirasi, dan karakteristik masyarakat Papua, atau malah merugikan dan merampas hak-hak mereka. Banyak pula dana pembangunan yang diselewengkan atau dikorupsi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Banyak warga Papua yang meragukan legitimasi integrasi Papua ke dalam Indonesia, yang terjadi melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969.Mereka menganggap Pepera tidak demokratis, tidak adil, dan tidak sesuai dengan prinsip hak menentukan nasib sendiri. Mereka juga mengklaim bahwa Papua memiliki sejarah, identitas, dan hak-hak yang berbeda dari Indonesia. Dan berhak untuk merdeka atau setidaknya mendapatkan otonomi yang lebih luas.

Penanganan Aksi Ricuh Ini

Penanganan-Aksi-Ricuh-Ini

Aparat keamanan, baik dari TNI maupun Polri, berusaha untuk mengamankan dan mengendalikan situasi ini. Yang kacau akibat aksi anarkis sejumlah massa yang mengikuti arak-arakan jenazah Lukas Enembe dari bandara Sentani menuju Sekolah Teologi Atas Injili (STAKIN) di Sentani, Kabupaten Jayapura, pada 28 Desember 2023. Mereka melakukan penjagaan, pengawalan, retensi, penangkapan, dan penembakan terhadap massa yang melakukan penyerangan, pelemparan, pengerusakan, atau pembakaran. Aparat keamanan juga mengamankan sejumlah barang bukti, seperti kayu, batu, senjata tajam, dan senjata api rakitan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait kasus korupsi. Dan pencucian uang yang menjerat Lukas Enembe, mantan Gubernur Papua. Yang meninggal dunia di RSPAD Jakarta pada 26 Desember 2023, akibat penyakit jantung. KPK menangkap Lukas Enembe di Jayapura pada 10 Januari 2023, dan membawanya ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan dan dikecualikan. KPK juga menetapkan seorang direktur PT Tabi Bangun Papua (TBP) sebagai tersangka dalam kasus yang sama.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah, menyampaikan belasungkawa dan permintaan maaf kepada keluarga, kerabat, dan masyarakat Papua atas meninggalnya Lukas Enembe. Dan atas terjadinya kericuhan yang menimbulkan korban dan kerugian jiwa materi. Pemerintah juga berjanji akan memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban. Serta menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan Lukas Enembe secara hukum dan adat.

Baca Juga : Mahasiswa Paksa Pengungsi Rohingya Kembali Ketempat Asalnya

Kondisi Papua Saat Ini

Pasca terjadinya ricuh saat proses pemakaman Lukas Enembe, sebanyak 25 ruko terbakar dan tujuh aparat TNI-Polri terluka akibat kejadian tersebut. Bahkan, Pj Gubernur Papua Ridwan Rumasukun juga terkena lemparan batu dan harus dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Menko Polhukam Mahfud Md meminta aparat keamanan untuk berpose persuasif dan tidak melibatkan emosi dalam menangani massa. Ia juga terus mempertahankan situasi dan kondisi di Papua yang sempat memanas. Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo juga mengatakan bahwa lalu lintas sudah normal dan tidak ada lagi aksi massa.

Buat kalian semua yang ingin mendapatkan berbagai infomasi menarik lainya, kalian bisa klik link yang satu ini viralfirstnews.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *