Pungli ke Ojol di Skybridge – Hebohnya ojol yang viral dugaan aksi pungli di Skybridge Bojonggede terdapat dugaan aksi pungutan liar oleh para driver ojek online. Hal ini berdampak negatif bagi masyarakat dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Pantauan Posviral, dalam video viral yang saat ini ramai menunjukkan dugaan pungutan liar kepada pengemudi ojek online di Skybridge Bojonggede. Polisi merespons hal itu dan langsung melakukan mediasi kepada pihak yang terlibat.
“Sedang ada upaya mediasi dan klarifikasi,” ucap Kanit.
Ade mengatakan video yang viral tersebut juga diduga hanya penggalan. Sedangkan dia masih menunggu hasil pertemuan tersebut.
“Karena itu kan hanya penggalan video tidak lengkap semuanya. Sedang ada upaya pertemuan dan klarifikasi, jadi kami masih menunggu perintah selanjutnya,” ucapnya.
Bupati Bogor Iwan Setiawan sebelumnya mengatakan hal tersebut diserahkan ke Dinas Perhubungan (Dishub). Nanti Dishub akan menindaklanjutinya.
“Skybridge ini kan kewenangannya ada di Dishub, nanti Dishub akan bertindak,” ucap Iwan.
Iwan juga membahas retribusi parkir kendaraan pribadi di sana. Menurutnya, rencananya akan diterapkan retribusi untuk kendaraan pribadi yang parkir.
“Kemarin kan masih uji coba, kalau uji coba masih gratis, kalau tidak salah tapi mungkin ada retribusi. Sekarang gara-gara masih dibebasin, jadi banyak yang memanfaatkan situasi. Kemarin waktu saya tanya itu masih uji coba,” ucapnya.
Dalam video yang tengah viral, dinarasikan pengemudi ojol dikenai pungli oleh komunitas Pungli ke Ojol di Skybridge. Pengemudi yang mengambil penumpang di skybridge dikenai tarif Rp 3.000.
Pelaku Mengaku Untuk Bangun Shelter
Pelaku pungutan liar terhadap pengemudi ojek online di Skybridge Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Windu alias Jawa, memberi klarifikasi setelah aksinya viral. Dia mengatakan penarikan tersebut dimulai pada Senin 11 Desember lalu.
“Baru mulai kemarin tanggal 11 Desember. Jadi per hari, bukan per sewa, jadi misalnya mereka di sini, itu per hari sampai malam, sampai kereta habis,” ucap Windu kepada wartawan di Skybridge Bojonggede, Rabu.
Windu mengaku meminta pungutan itu untuk membangun shelter komunitas Pungli ke Ojol di Skybridge di Terminal Bojonggede. Dia mengatakan bahwa uangnya digunakan untuk komunitas.
“Jadi pungutan Rp 3 ribu itu untuk shelter seperti bangku, pemasangan banner. Paling kita buat komunitas gitu, sudah ada kesepakatan dari anak-anak Pungli ke Ojol di Skybridge lainnya. Kawan-kawan juga di belakang sudah ada kesepakatan,” ungkapnya.
Windu menyebut belum mengetahui apakah pungutan tersebut akan dilanjutkan atau tidak. Nantinya, lanjut dia, akan dirembukkan kembali dengan para ojol.
“Mungkin nanti dirembukkan sama teman-teman yang lain, karena fasilitas di sini juga biar nggak kehujanan, buat bangku customer juga ada, jadi customer juga nyaman,” ujarnya.
“Nanti mungkin kita rembukkan lagi sama anak-anak apakah masih Rp 3.000 atau berapa, nanti dirembukkan sama rekan-rekan ojol yang di belakang,” tambahnya Windu.
Peringatan Camat ke Pelaku Pungli. Sementara itu, Camat Bojonggede Tenny Ramdhani berharap kejadian serupa tak terulang. Terlebih, Windu mencatut nama orang lain dalam tindakannya.
“Untuk itu kepada seluruh masyarakat, tentunya bijak lagi dalam bermedia sosial. Kemudian juga saya atas nama masyarakat Bojonggede tentunya kejadian ini memohon maaf kepada seluruh pihak-pihak, unsur TNI-Polri, Dishub, terkait apa yang disampaikan warga kami ini menjadi pembelajaran buat kami,” jelasnya.
“Dan apa yang disampaikan mudah-mudahan bagaimana rekan ojek online ini bisa terfasilitasi di terminal, dan kami akan berkoordinasi dengan Kepala Terminal Bojonggede dapat terakomodir,” tambahnya.
Baca Juga: Polisi Temukan 5 Mayat Kampus Unpri Usai Beredar Video ViralĀ
Ojol Pungli di Skybridge Bojonggede Minta Maaf
Belakangan diketahui pelaku adalah oknum dari komunitas ojol bernama Windu alias Jawa. Windu kemudian membuat klarifikasi. Dia menyampaikan permintaan maaf sekaligus menegaskan bahwa dirinya tak pernah berkoordinasi dengan Danramil, kapolsek, sampai Dinas Perhubungan terkait pungutan liar ojol tersebut.
“Saya Windu alias Jawa selaku koordinator ojek online mau klarifikasi meminta maaf atas untuk masalah video yang kemarin viral. Jadi buat teman-teman ojek online, pungutan Rp 3.000 itu bukan untuk Dandim, Kapolres, Dishub, Danramil, dan Kapolsek, jadi itu tidak benar,” ucap dia di Skybridge Bojonggede. Dia menjelaskan pungutan tersebut untuk membangun shelter komunitas ojol di Terminal Bojonggede. Dia meminta maaf kepada pihak-pihak yang namanya dicatut.
“Jadi pungutan Rp 3 ribu itu untuk shelter seperti bangku, pemasangan banner dan kebutuhan lainya. Teman-teman mohon maaf bahasa yang kemarin di video itu saya yang bilang Rp 3 ribu untuk koordinasi ke Danramil, Kapolsek, dan Dishub, itu tidak benar. Jadi yang benarnya untuk perbaikan shelter,” ucapnya.
Bupati Bogor Iwan Setiawan sebelumnya mengatakan hal tersebut diserahkan ke Dinas Perhubungan. Nanti Dinas Perhubungan akan menindaklanjutinya.
“Skybridge ini kan kewenangannya ada di Dishub, nanti Dinas Perhubungan akan bertindak,” ucap Iwan.
Iwan juga membahas retribusi parkir kendaraan pribadi di sana. Dia Mengatakan, rencananya akan diterapkan retribusi untuk kendaraan pribadi yang parkir.
“Kemarin kan masih uji coba, kalau uji coba masih gratis, kalau tidak salah tapi mungkin ada retribusi. Sekarang gara-gara masih dibebasin, jadi banyak juga yang memanfaatkan situasi. Kemarin waktu saya tanya itu masih uji coba,” ucapnya.
Viral Di Media Sosial
Ketika sebelumnya viral di media sosial seseorang meminta pungutan Rp 3 ribu kepada ojol di Skybridge Bojonggede. Pria tersebut mencatut Danramil hingga Kapolsek saat meminta pungutan tersebut.
“Jadi Rp 3 ribu pun bukan buat saya pribadi Bang, jujur. Kita koordinasi Kapolsek, Danramil, Dinas Perhubungan, orang wilayah. Kalau memang ada yang mau gantiin saya, monggo, saya mundur,” ucap Windu.
Video pernyataannya tersebut viral di media sosial. Pihak kepolisian dan TNI kemudian melakukan klarifikasi kepada yang bersangkutan.
Dampak Negatif dari Aksi Pungli
Dampak negatif dari aksi pungutan liar (pungli) terhadap ojek online (ojol) di Skybridge Bojonggede dapat mencakup berbagai hal, seperti:
-
Ketidakamanan dan Kekhawatiran: Ojol yang menjadi korban pungli mungkin merasa tidak aman dan khawatir akan keselamatan mereka saat bekerja. Hal ini dapat memengaruhi kesejahteraan dan keseimbangan mental para ojol.
-
Ketidakadilan dan Ketidakpuasan: Praktik pungli dapat menciptakan ketidakadilan dalam lingkungan kerja ojol. Mereka mungkin merasa tidak puas dengan kondisi kerja yang tidak adil dan merugikan.
-
Pengaruh Negatif terhadap Perekonomian: Pungli dapat mengakibatkan penurunan pendapatan bagi para ojol, yang pada gilirannya dapat berdampak pada perekonomian mereka dan keluarga mereka.
-
Ketidak percayaan terhadap Pemerintah dan Institusi: Praktik pungli juga dapat menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan institusi terkait yang seharusnya melindungi dan mengatur lingkungan kerja para ojol.
Dalam mengatasi dampak negatif ini, langkah-langkah pencegahan dan penegakan hukum yang tegas terhadap praktik pungli sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil, aman, dan berkeadilan bagi para ojol.
Peningkatan Kesadaran Publik
Tindakan pemerintah dalam menangani aksi pungli perlu ditindaklanjuti dengan mensosialisasikan masalah ini. Tekad untuk memerangi pungli harus dimulai dari pola pikir yang anti-pungli. Kita sebagai masyarakat harus peduli terhadap lingkungan dan keamanan sehingga tidak membiarkan aksi pungli terus terjadi. Dugaan pungli di Skybridge Bojonggede harus segera ditindaklanjuti secara serius.
Masyarakat harus lebih peduli terhadap kesadaran anti-pungli. Juga pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor harus secara aktif melakukan kampanye kesadaran publik mengenai pungli apabila terjadi kembali. Driver ojek online di seluruh Indonesia harus memahami bahwa aksi pungli membawa dampak negatif bagi diri mereka sendiri dan masyarakat luas viralfirstnews.com.